Langsung ke konten utama

Unggulan

Selalu Ber-prasangka Baik Kepada Allah ﷻ

 Oleh: [K.H. Uzairon Thoifur Abdillah] بسم الله الرحمن الرحيم   "Inii kejadian seperti ini kyaii, kan kita harus islah! diri, ini mesti karena banyaknya maksiat! sehinga terjadi, musibah! seperti ini".  Maka kyai itu bilang,     "Ndaak! ini kehendak Allah sudah begini ini, ini kehendak Allah ya begini ini, nggak ada kaitannya dengan amalannya manusia".    "Memang betuul! Diantara kehendak Allah itu musibah! dikaitkan dengan? dengan dosanya manusia, itu kehendak Allah juga, wong sudah salah kok nggak mau ngaku salah itu gimana!".  Maka dia,     "Ow iya, iya iya".     "Iya kan, kalau begitu itu, jawabannya berarti kita nggak perlu Astagfirullah hal adzim kalau begitu. Semua! Memang kehendak Allah, tapi, yang Allah katakan baik ya kita katakan baik, kalau katakan buruk ya kita katakan buruk. Diantara kehendak Allah! mengaitkan musibah dengan? Dengan dosa! Jangan terus : Wis kehendak Allah aku nggak salah Pengeran me...

Syaddad bin 'Ad dan Bangunan Kota Iram

Kisah Syaddad bin 'Ad dan Bangunan Kota Iram



Wahab bin Munabbih menceritakan dari Abdullah bin Qilabah, bahwa pada suatu hari, dia pergi mencari untanya yang lari dan hilang. Dalam pencariannya itu, dia sampai di gurun Aden. Disana, dia melihat sebuah kota di tengah gurun dikelilingi oleh benteng. Didalam kota itu terdapat banyak gedung-gedung istana. Dia lantas coba mendekati kota tersebut, karena dia pikir disana ada orang yang mungkin bisa memberikan informasi kepadanya tentang untanya yang hilang itu. Ketika sudah dekat dengan kota tersebut, ternyata dia sama sekali tidak melihat satu orang pun yang keluar atau masuk kota. Lantas, dia turun dari hewan tunggangannya dan menambatkannya. Lalu, dia

mulai berjalan menuju ke pintu benteng sambil menghunus pedangnya. Sampai di pintu benteng, dia mendapati dua pintu gerbang raksasa yang belum pernah dia melihat pintu gerbang sebesar itu. Kedua pintu gerbang itu dihiasi dengan batu rubi merah dan putih. Dia pun kaget dan terpana melihat pemandangan tersebut.
Lalu, dia buka salah satu pintu gerbang. Setelah terbuka, terpampang dihadapannya sebuah kota yang tidak pernah dia melihat kota seperti itu sebelumnya. Kota tersebut dipenuhi dengan gedung-gedung istana. Di atas tiap-tiap gedung istana terdapat kamar-kamar, dan di atas kamar-kamar tersebut ada kamar-kamar lagi yang dibangun dari emas, perak, mutiara, dan yaqut. Daun-daun jendela kamar-kamar tersebut seperti yang ada di kota pada umumnya, yaitu saling berhadap-hadapan, dan semuanya dihiasi dengan mutiara dan butiran-
butiran kasturi dan safron. Melihat semua pemandangan tersebut, dia merasa tercengang dan merinding. Kemudian, dia memperhatikan lorong-lorong kota tersebut. Setiap lorong
ditumbuhi oleh pepohonan yang telah berbuah. Dibawah pepohonan itu terdapat
parit-parit yang airnya mengalir lewat kanal-kanal yang terbuat dari perak yang lebih berkilau dari matahari. Kanal-kanal itu mengalir dibawah pohon-pohon
tersebut. Melihat semua itu, dia pun benar-benar merasa terpukau dan terkagum-
kagum, Dalam hati, dia berkata, "Demi Dia yang telah mengutus Muhammad dengan membawa kebenaran, sungguh Allah tidak pernah menciptakan hal seperti ini di dunia. Ini pasti surga seperti yang telah disebutkan oleh Allah!
Semua kriteria surga yang dijelaskan ada di kota ini. Tidak salah lagi, ini pasti surga. Alhamdulillah, Allah telah memberi saya kesempatan memasukinya." Kemudian, muncul dalam dirinya keinginan untuk mengambil beberapa mutiara, yaqut dan batu permata yang ada. Lantas, dia pulang, kemudian kembali lagi ke kota tersebut. Lalu, dia mulai mengambil beberapa butir mutiara serta butiran kasturi dan safron. Akan tetapi, dia tidak bisa mengambil zabarjad dan yaqut, karena semuanya tertempel kuat
di pintu-pintu dan tembok-tembok bangunan kota tersebut. Adapun mutiara, kasturi dan safron, posisinya tergeletak dan berserakan di dalam istana-istana dan kamar-kamar.
Setelah merasa cukup, lantas dia beranjak menuju ke tempat di mana dia menambatkan untanya. Dia melepaskan tali penambat untanya, lalu naik ke atas punggungnya dan langsung memacunya pergi dengan mengikuti jejak untanya pada saat kembali ke kota tersebut sebelumnya, hingga akhirnya dia
sampai juga ke Yaman. Di Yaman, dia memperlihatkan apa yang dia bawa dan menyampaikan berita pelualangannya tersebut kepada publik. Kemudian, dia menjual batu mutiara yang dia bawa. Batu mutiara itu sudah mulai menguning dan berubah karena faktor usia. Berita petualangannya itu pun terus menyebar luas, hingga akhirnya
sampai juga ke telinga Muawiyah bin Abi Sufyan. Karena penasaran, Muawiyah bin Abi Sufyan mengutus seorang kurir untuk membawa surat kepada gubernur
Shan'a. Isi surat tersebut adalah meminta supaya gubernur Shan'a mengirim orang tersebut ke Syam untuk menemui dirinya, karena dia ingin bertemu dan bertanya langsung kepadanya. Singkat cerita, utusan Muawiyah pun sampai di Yaman. Kemudian, dia
mengajaknya ke Syam untuk menemui Muawiyah. Sebelum berangkat, gubernur Shan'a menyuruh dirinya untuk membawa serta sebagian barang yang dia ambil dari kota tersebut.
Akhirnya, dia sampai juga di Syam bersama utusan Muawiyah. Lalu, dia langsung pergi menemui Muawiyah. Lalu, Muawiyah mengajaknya untuk berbicara empat mata saja. Dalam pertemuan empat mata tersebut, Muawiyah mulai menanyakan
kepadanya tentang apa yang dia lihat dan saksikan. Lalu, dia mulai menceritakan tentang kota tersebut dan apa saja yang dia lihat secara detil satu persatu.
Mendengar ceritanya tersebut, Muawiyah merasa ragu dan
tidak percaya. "Saya tidak yakin apa yang engkau katakan itu Benar," kata Muawiyah kepadanya. "Wahai Amirul Mukminin, jika engkau tidak percaya, maka saya punya
buktinya. Saya membawa beberapa barang yang saya ambil dari dalam istana dan kamar-kamar kota tersebut," jawabnya.
"Apa itu?" Tanya Muawiyah.
"Batu mutiara serta butiran-butiran kasturi dan safron," jawabnya. "Mana barangnya, saya ingin melihatnya," kata Muawiyah. Lalu, dia memperlihatkan salah satu batu mutiara paling besar yang dia
bawa dan sudah mulai menguning warnanya. Muawiyah juga melihat butiran-butiran kasturi dan safron, lalu dia coba menciumnya, tapi tidak tercium aroma apa pun. Lalu, dia memecah salah satu butiran dan langsung tercium aroma kasturi dan safron. Setelah itu, Muawiyah baru percaya. Kemudian Muawiyah bertanya kepada para bawahannya, "Bagaimana caranya saya bisa tahu nama kota
tersebut, siapa yang membangunnya dan siapa pemiliknya. Karena, tidak ada
seorang pun yang diberi sesuatu seperti yang diberikan kepada Nabi Sulaiman bin Dawud, sementara seperti yang saya ketahui, Sulaiman tidak memiliki kota seperti itu!" Salah seorang sahabat Muawiyah lantas berkata kepadanya, "Wahai Amirul
Mukminin, pada masa sekarang ini, engkau tidak akan bisa mendapatkan informasi apa pun tentang kota tersebut kecuali hanya dari Ka'ab Al-Ahbar.
Hanya dia satu-satunya orang yang bisa memberi engkau informasi tentang kota tersebut. Untuk itu, panggillah Ka'ab Al-Ahbar untuk datang. Akan tetapi,
sebelum dia datang, orang Yaman ini harus engkau minta bersembunyi lebih dulu, jangan sampai Ka'ab Al-Ahbar melihatnya. Nanti, Ka'ab Al-Ahbar akan memberikan informasi kepada engkau tentang kota tersebut dan tentang orang
Yaman itu, jika memang dia benar-benar telah memasuki kota tersebut. Hal itu karena, kota seperti itu dan siapa ciri-ciri orang yang berhasil memasukinya, pasti telah dijelaskan dalam kitab terdahulu. Untuk itu, panggillah Ka'ab Al-Ahbar ke sini. Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah tidak menciptakan sesuatu di muka bumi ini, tidak pula sesuatu yang telah lalu dan tidak pula yang akan datang, melainkan semuanya telah dijelaskan dalam Taurat. Untuk itu, undanglah Kaab Al-Ahbar ke sini, maka Amirul Mukminin akan mendapatkan informasi tentang kota tersebut darinya."
Amirul Mukminin Muawiyah pun menerima usulan itu, lalu mengutus seseorang untuk menemui dan menjemput Kaab Al-Ahbar. Singkat cerita Ka'ab Al-Ahbar pun datang. "Wahai Abu Ishaq, saya mengundang engkau untuk suatu hal yang saya
berharap mendapatkan informasi dan pengetahuan tentangnya darimu," kata Muawiyah kepada Ka'ab Al-Ahbar. "Wahai Amirul Mukminin, engkau telah mengundang orang yang tepat.
Silakan apa yang ingin engkau tanyakan kepada saya," jawab Ka'ab Al-Ahbar. "Wahai Abu Ishaq, beritahu saya apakah engkau pernah mendengar berita bahwa di dunia ini ada sebuah kota yang dibangun dari emas dan perak.
Tiang-tiangnya dari zabarjad dan yaqut, istana-istana dan kamar-kamarnya terbuat dari muliara. Di dalamnya terdapat taman-taman dan kebun-kebun, jalan-jalannya dihiasi dengan pepohonan yang dibawahnya mengalir sungai-
sungai?" Tanya Muawiyah.
Ka'ab Al-Ahbar pun bercerita; Demi Dia Yang jiwa Ka'ab berada dalam genggaman-Nya, tadi saya pikir bahwa saya akan meninggal dunia sebelum ada satu orang pun yang menanyakan kepada saya tentang kota tersebut, apa saja yang ada didalamnya dan siapa yang membangunnya.
Adapun tentang keberadaan kota tersebut, maka itu memang benar adanya seperti yang Amirul Mukminin dengar dan persis seperti deskripsi yang
disampaikan kepada Amirul Mukminin. Pemilik dan orang yang membangun kota tersebut adalah Syaddad bin Ad. Kota itu adalah Iram yang memiliki bangunan-bangunan tinggi yang telah disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad ﷺ
"(Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain." (Al-Fajr: 7-8)
"Wahai Abu Ishaq, ceritakan kepada kami sejarah dan kisah kota itu," kata Muawiyah kepada Ka'ab Al-Ahbar. Ka'ab Al-Ahbar lantas melanjutkan ceritanya; Wahai Amirul Mukminin,
saya katakan kepada engkau bahwa bangsa Ad yang pertama bukanlah Ad kaum Nabi Hud. Bangsa Ad yang pertama adalah nenek moyang bangsa Ad
kaum Nabi Hud. Jadi, bangsa Ad kaum Nabi Hud adalah generasi keturunan bangsa Ad yang pertama. Ad punya dua putra, yaitu Syadid dan Syaddad. Ketika Ad meninggal dunia, kedua putranya itu bersikap semena-mena, lalim dan sombong. Mereka
berdua menginvasi seluruh negeri dan menaklukkannya secara paksa, hingga semua orang tunduk kepada mereka berdua. Pada masa itu, tidak ada satu
orang pun, baik di barat maupun timur, melainkan tunduk dan patuh kepada mereka berdua.
Mereka berdua berhasil membangun sebuah kekuasaan besar. Ketika semuanya sudah berada di bawah kekuasaan dan kendali mereka berdua, tidak
lama kemudian, Syadid meninggal dunia. Pada gilirannya, semua kekuasaan beralih ke tangan Syaddad sepenuhnya tanpa ada satu orang pun yang mengganggu. Seluruh dunia berada dalam genggamannya. Syaddad adalah sosok yang gemar membaca kitab-kitab terdahulu. Setiap
kali membaca dan mendengar keterangan tentang surga dan deskripsi tentang apa yang ada di dalamnya seperti bangunan istananya, yaqut dan mutiara,
maka muncul dalam dirinya keinginan untuk membangun sebuah bangunan di dunia yang mirip dengan surga seperti yang dia baca dan dengar. Dia ingin
melakukan hal itu sebagai ekspresi sikap sombong dan angkuh terhadap Allah.
Keinginan dalam dirinya itu sudah tidak terbendung lagi. Untuk itu, dia pun memulai rencana pembangunan kota impiannya itu dengan menunjuk seratus orang arsitek. Tiap-tiap arsitek membawahi seribu pekerja.
Syaddad mengumpulkan mereka semua dan memberi mereka pengarahan, "Pergi dan carilah lokasi padang belantara terbaik dan terluas yang ada di bumi. Setelah kalian menemukannya, selanjutnya bangunlah di lokasi tersebut sebuah kota dari emas, perak, yaqut, zabarjad dan mutiara. Model konstruksi
kota tersebut adalah, bagian bawah disangga oleh tiang-tiang dari zabarjad, diatasnya dibangun istana-istana, di atas istana dibangun kamar-kamar, dan di atas kamar-kamar itu dibangun kamar-kamar lagi. Jalan-jalan dan gang-gang yang ada di bawah istana-istana tersebut dihiasi dengan segala macam pepohonan buah, lalu buatlah sungai-sungai yang mengalir di bawah pohon-pohon itu. Didalam kitab-kitab terdahulu, saya mendengar deskripsi surga seperti itu. Untuk
itu, saya ingin membuat bangunan yang memiliki deskripsi mirip seperti itu di dunia ini, supaya saya bisa menempatinya dan merasakannya sekarang di
dunia ini." "Bagaimana kami bisa memperoleh zabarjad, yaqut, mutiara, emas dan perak sebanyak itu untuk membangun sebuah kota seperti yang engkau jelaskan kepada kami tersebut?" Kata para arsitek. Syaddad berkata, "Bukankah kalian tahu sendiri bahwa seluruh dunia
berada dalam genggaman ku?"
"Ya, benar, kami tahu itu," jawab mereka. "Jika begitu, pergilah kalian ke seluruh tambang zabarjad, yaqut, emas dan perak yang ada di penjuru dunia serta semua lautan yang mengandung
banyak mutiara. Tunjuk satu orang dari setiap kaum sebagai penanggung jawab mengatur proses penambangan disetiap lokasi tambang yang ada. Disamping itu, kalian bisa mengumpulkannya dari semua orang yang memiliki zabarjad, yaqut, mutiara, emas dan perak. Ambil semua itu dari tangan mereka. Ketahuilah, sesungguhnya tambang-tambang dunia sebenarnya jauh lebih
banyak dari itu. Apa yang tidak kalian ketahui dari isi tambang-tambang yang ada jauh lebih banyak dan besar dari jumlah yang kalian butuhkan untuk
membangun kota yang saya inginkan tersebut," kata Syaddad.
Syaddad menulis surat kepada seluruh raja yang ada di dunia. Dalam surat itu, Syaddad memerintahkan semua raja tersebut untuk mengumpulkan seluruh batu mulia yang ada di wilayah kerajaannya dan mengeksploitasi semua potensi
tambang yang ada di wilayah mereka, lalu disetorkan kepadanya. Para arsitek itu pun memulai pekerjaan mereka. Mereka mengirim surat tersebut kepada semua raja yang ada. Lalu, tiap-tiap raja pun mulai mengumpulkan semua batu mulia, emas, dan perak yang ada di wilayahnya. Dalam kurun
waktu sepuluh tahun, para raja tersebut terus mengumpulkan dan menyetorkan semua bahan-bahan material yang diminta tersebut. "Wahai Abu Ishaq, berapa jumlah raja-raja tersebut?" Tanya Muawiyah
kepada Ka'ab Al-Ahbar. "Jumlah mereka ada dua ratus enam puluh raja," jawab Ka'ab Al-Ahbar. Lalu, Ka'ab Al-Ahbar melanjutkan ceritanya, Para pekerja yang diberi tugas mencari lokasi yang tepat untuk tempat membangun kota impian tersebut pergi berpencar ke gurun gurun yang ada untuk mencari lokasi yang diinginkan. Setelah beberapa lama melakukan pencarian, akhirnya mereka menemukan sebuah gurun yang luas dan datar tanpa gunung dan bukit. Di gurun tersebut, mereka juga menemukan sejumlah sumber mata air yang terus mengalirkan air. "Ini dia lokasi yang tepat untuk membangun kota Iram seperti yang diperintahkan kepada kita oleh Kaisar Syaddad," kata mereka. Lalu, mereka mulai melakukan pengukuran luas lokasi yang akan dijadikan tempat pembangunan kota tersebut. Mereka juga mulai membuat denah dan menentukan dimana saja letak jalan dan gang. Setelah itu, mereka mulai membuat kanal-kanal untuk mengalirkan air. Kemudian, mereka mulai membuat fondasi. Setelah mereka selesai membuat fondasi dan kanal-kanal,
selanjutnya raja-raja mulai mengirimkan bahan-bahan material yang telah berhasil mereka kumpulkan, seperti zabarjad, yaqut, emas, perak, mutiara dan berbagai macam batu permata lainnya. Lalu, mereka mulai membangun kota
seperti yang diinginkan hingga selesai. "Wahai Abu Ishaq, saya yakin bahwa mereka butuh waktu yang cukup lama untuk membangun kota tersebut," kata Muawiyah kepada Kaab. "Betul, wahai Amirul Mukminin. Dalam Taurat saya menemukan tulisan yang menjelaskan bahwa pembangunan kota tersebut mulai dari awal pengumpulan bahan-bahan material yang dibutuhkan, seperti zabarjad, yaqut, emas, perak, mutiara, dan yang lainnya, hingga kota tersebut selesai dibangun
memakan waktu selama tiga ratus tahun," kata Ka'ab menjelaskan. "Berapa umur Syaddad, si pemilik kota itu?" Tanya Muawiyah. "Umar Syaddad sembilan ratus tahun," jawab Ka'ab. "Wahai Abu Ishaq, engkau telah menceritakan sebuah kisah yang menarik dan ajaib. Tolong, jelaskan lebih jauh lagi," kata Muawiyah kepada Kaab. Lalu, Ka'ab Al-Ahbar kembali bercerita; Wahai Amirul Mukminin, Allah menyebut kota itu dengan nama Iram Dzatil Imad, karena bahan material zabarjad dan yaqut yang digunakan untuk membuat bagian bawah kota tersebut.Didunia ini, tidak ada kota yang dibangun dari zabarjad dan yaqut
selain kota tersebut. Oleh karena itu, Allah berfirman, "(Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yangbelum pernah dibangun
(suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain."(Al-Fajr: 7-8)
Belum pernah ada satu pun kota yang dibangun seperti kota tersebut. Wahai Amirul Mukminin, ketika telah selesai membangun kota tersebut, lantas mereka menghadap kepada Syaddad dan menyampaikan kepadanya
bahwa mereka telah selesai membangun kota tersebut. Lalu, Syaddad berkata kepada mereka, "Selanjutnya, bangunlah benteng di sekeliling kota tersebut.
Kemudian, bangunlah seribu gedung istana di sekitar benteng tersebut yang akan dihuni oleh seorang wazir untuk setiap istana, lalu setiap istana dilengkapi seribu tower yang akan menjadi tempat untuk penjaga." Lalu, mereka kembali ke kota tersebut dan mulai membangun benteng, istana, dan tower-tower seperti yang diinstruksikan oleh Syaddad.
Setelah semuanya selesai dibangun, mereka pergi menemui Syaddad dan memberitahukan bahwa benteng, istana, dan tower sudah selesai dibangun
semuanya. Lalu, Syaddad menginstruksikan kepada seribu wazirnya untuk bersiap-siap pindah ke kota Iram Dzatil Imad. Syaddad juga membawa orang-orang yang nantinya akan menempati tower-tower penjagaan yang ada di tiap-tiap
istana siang dan malam. Syaddad menyediakan gaji dan kebutuhan-kebutuhan yang lain untuk mereka semua. Syaddad juga mengajak para istri, selir, pelayan dan pembantu yang dia inginkan agar bersiap-siap.
Persiapan untuk pindah ke kota Iram Dzatil Imad tersebut memakan waktu sepuluh tahun lamanya. Setelah semuanya siap, Syaddad lantas memulai perjalanan menuju ke kota
Iram Dzatil Imad. Ketika jarak tempuh untuk sampai ke kota Iram Dzatil Imad tinggal tersisa sehari semalam, Allah menimpakan satu suara maha dahsyat dari langit terhadap mereka semua, hingga membuat mereka semua binasa tanpa
Tersisa salu orang pun. Tidak ada seorang pun dari mereka yang akhirnya bisa memasuki kota Iram Dzatil Imad tersebut. Hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang bisa menemukan dan memasuki kota Iram Dzatil Imad tersebut. Itulah gambaran kota Iram Dzatil Imad wahai Amirul Mukminin. Pada masa sekarang, ada satu orang yang akan memasuki kota Iram Dzatil Imad
tersebut, melihat isinya dan menceritakannya kepada orang-orang, tetapi tidak ada orang yang percaya kepadanya. "Wahai Abu Ishaq, jelaskan kepada kami ciri-ciri orang itu," kata Muawiyah
kepada Ka'ab Al-Ahbar. Ka'ab berkata, "Baiklah wahai Amirul Mukminin. Ciri-ciri orang itu
adalah, laki-laki berambut pirang, pendek, pada alis dan lehernya terdapat tahi lalat. Dia sedang pergi mencari untanya yang hilang di gurun tersebut, lalu dia
melihat kota Iram Dzatil Imad. Kemudian, dia memasukinya dan membawa beberapa benda dari kota tersebut. Laki-laki itu saat ini sedang duduk di sini, wahai Amirul Mukminin." Lalu, Ka'ab menoleh dan melihat laki-laki tersebut, Lalu dia berkata, "Itulah
laki-laki yang telah memasuki kota Iram Dzatil Imad. Untuk itu, coba tanyakan kepadanya tentang apa yang telah saya ceritakan kepada engkau, wahai Amirul Mukminin." "Wahai Abu Ishaq, tetapi dia adalah salah satu pembantuku yang selama
ini selalu bersamaku dan belum pernah pergi dari sini," kata Muawiyah kepada Ka'ab. "Dia sudah pernah memasuki kota tersebut. Di akhir zaman, umat agama ini akan memasuki kota tersebut," kata Ka'ab. "Wahai Abu Ishaq, Allah telah melebihkan dirimu atas ulama' yang lain
dan telah memberimu ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian," kata Muawiyah kepada Ka'ab. Lalu, Ka'ab berkata, "Demi Dia Yang jiwa Ka'ab berada dalam genggaman-Nya, Allah tidak menciptakan sesuatu apa pun melainkan Dia telah menjelaskannya kepada hamba-Nya, Musa. Sesungguhnya Al-Qur'an sangat keras ancamannya."

📚['Uyun Al-Hikayat Min Qashah Ash-Shalihin wa Nawadir Az-Zahidin. hal. 739_747] 

_______________________________________________


  Sebenarnya surga dunia yang diidam-idamkan syaddad hancur akibat do'a anak yatim yang berkalung uang satu dirham, asbab uang itu diambil secara paksa yang membuat anak yatim itu menangis. Para malaikat pun gaduh, semua melaknat syaddad dan pengikutnya. Lalu hancurlah surga dunia itu dengan satu teriakan malaikat Jibril atas izin dari Allah. 

Komentar

Postingan Populer